FANATISM BASED ON BALANCE
Banyak yang merasa fanatisme adalah sebuah sikap idealis dan bangga akan itu. Sebagian memang fanatik karena benar-benar idealis, sebagian lagi merasa pantas untuk fanatik karena merasa idealis, akhirnya dicap sok idealis atau pura-pura idealis.
Kontributor-kontributor yang hadir pada edisi ini membagikan pengalaman dan pandangan yang pada akhirnya secara tidak langsung mengarah pada keseimbangan yang anti fanatik. Terence Teo yang memandang sesuatu dengan seimbang, Mareen Fischinger yang selalu menyeimbangkan diri dengan melakukan project-project non profit setelah “didera” project-project komersil yang sering kali mengaku “idealis”. Leo Lumanto yang secara tegas mengajak kita untuk membuka diri akan kemungkinan-kemungkinan yang bahkan secara nalar tidak dapat diterima. Dan Sam Nugroho yang secara terang-terangan mengatakan bahwa fanatisme terhadap sebuah merk peralatan fotografi tertentu hanya akan membawa kesulitan pada diri sendiri.
Pada rubrik inspiration Ignatius Untung juga mengajak kita untuk membuka dan membebaskan diri dari sekat-sekat imaginer yang tercipta akibat fanatisme kita terhadap suatu paham ataupun keyakinan. Seperti perkataan seorang bijak yang berkata “semakin aku membaca semakin aku sadar bahwa aku tidak tahu apa-apa.” maka seharusnya pulalah kita berkaca dan mempertanyakan kefanatikan kita terhadap suatu bidang dan keyakinan. Apakah membuahkan hal positif atau justru membuahkan pagar-pagar yang melimitasi kita untuk lebih mengetahui sesuatu, mengerti sesuatu dan menyukai sesuatu?
( source : thelight magazine )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentarmu.
Lets share with us...